Pertama kali saya mendengar rencana reklamasi di Benoa kira-kira sebulan lalu. Sekali waktu saya sempatkan diri mengikuti perkembangannya dan terakhir saya membaca sebuah artikel di situs the jakarta post http://www.thejakartapost.com/bali-daily/2013-07-10/pastika-says-benoa-bay-plan-bring-prosperity.html.
Archive for the ‘Selamatkan Bali’ Category
Mereklamasi Bali, Menguruk Budaya
Posted by I Wayan Agus Eka on July 17, 2013
Posted in Selamatkan Bali | 2 Comments »
Selamatkan bali: Dan Konflik Laten Itupun Pecah
Posted by I Wayan Agus Eka on July 30, 2011
Hati ini terhenyak ketika mendengar luapan amarah manusia menyeruak di salah satu sudut pulau yang selama ini dikenal damai dan tenang. Darah membasuh tanah dewata seolah ‘caru’ pembersih bhuwana. Mengapa?
Peristiwa ini menegasikan pandangan masyarakat dunia bahwa bali itu tumbuh dengan manusia yang ramah,baik,hening dan sebutan sejenis lainnya. Jauh sebelum peristiwa ini terjadi saya sebagai warga asli bali menarik kesimpulan bahwa sebenarnya masyarakat bali adalah manusia yang keras dan sangat gampang tersulut konflik. Tipikal masyarakatnya umumnya pendendam namun sangat pintar menutupi penampakan di luarannya meskipun jauh di lubuk hatinya rasa kecewa, marah dan dendam itu masih terpelihara ibarat sekam yang sedang menunggu bensin untuk meledak.
Namun mengapa selama ini sangat jarang terdengar konflik di bali? industri pariwisatalah yang telah membuat konflik-konflik tadi menjadi sekam dan tertutupi abu. Teori dasarnya sederhana, ibarat orang yang jika kelaparan bahkan senyuman orang lain pun bisa menyulut kemarahan, namun jika perutnya sudah kenyang dia akan ngantuk kemudian tertidur pulas.
Tidak usah terlalu jauh untuk menarik sejarah, kita ambil peristiwa Gestok saja pada tahun 1965. Saat itu bali menjadi salah satu ladang pembantaian orang-orang yang dituduh pki. Bukan dibunuh oleh orang lain, namun pembantaian dilakukan oleh nyame (sesama) orang bali sendiri.
Setelah peristiwa itu bali justru tidak bergejolak, tenang, tidak ada pergolakan atau balas dendam, seolah-olah tidak ada peristiwa berdarah yang dilakukan saudara sendiri sebelumnya. Setelah peristiwa itu, pada awal tahun 70an, pariwisata bali mulai menggeliat, masyarakatnya mulai disibukkan dengan terlibat dalam “revolusi industri pariwisata”. Industri ini menghinoptis masyarakat bali untuk menggerakkan seluruh anggota tubuhnya dan mencurahkan waktunya mengejar dolar dan kenikmatan menyerupai surga di pulau yang kemudian terkenal sebagai surga terakhir.
Semuanya adalah masalah duniawi, ketika kemakmuran saat itu bukan lagi mustahil bagi masyarakat bali maka dia menjadi abu yang terus-menerus menutupi sekam kelam masa lalu yang sangat hitam. Terlebih lagi secara niskala (alam gaib) telah dilakukan pecaruan agung di seluruh pulau bali setelah tragedi itu. Pecaruan yang bermakna pembersihan atas semua kekotoran yang diakibatkan tragedi ini kemudian bermakna penghapusan terhadap memori-memori kekerasan di masa lampau.
Lalu hilangkah rasa dendam itu dari masyarakat bali? Tidak, sama sekali tidak, dia hanya bersembunyi di celah-celah hati yang sangat sempit. Beberapa peristiwa kekerasan yang terjadi di bali beberapa tahun terakhir sedikit banyak memilki kaitan dengan dendam masa lalu tersebut.
Tragedi gestok yang diuraikan tadi hanyalah salah satu sumber konflik laten di bali. Kalau mau menarik lebih jauh lagi, konflik laten mungkin juga bersumber ketika jaman kerajaan-kerajaan di bali yang saling berebut kekuasaan wilayah dan ekonomi, hal ini sekarang mungkin menyisakan warisan ketika misalnya ada satu desa yang dari dulu tidak pernah akur dengan desa lainnya.
Apapun itu penyebabnya, saya sebagai putra asli bali sangat prihatin dengan peristiwa di bangli ini. Melupakan dendam masa lalu bukanlah berarti kita ‘alpaka’ terhadap leluhur, tapi justru mewarisi perdamaian bagi anak cucu kita kelak. Damailah baliku
Posted in Selamatkan Bali | Leave a Comment »
Selamatkan Bali: Bandara oh Bandara
Posted by I Wayan Agus Eka on May 14, 2011
Saya tidak habis pikir bagaimana petinggi-petinggi itu ketika melontarkan rencana pembangunan bandara internasional di bali utara. Pikiran ini terus berusaha menyelami dan berempati pada pikiran mereka-mereka itu,namun tetap saja tidak menyimpul di titik tertentu.
Dalih bahwa hal ini dapat meratakan pembangunan bali selatan dan bali utara saya rasa tidak relevan. Memang keberadaan bandara ngurah rai tidak terbantahkan telah mampu meningkatkan perekonomian di bali selatan melalui pariwisatanya. Namun satu hal yang perlu diingat bahwa bali utara memiliki kondisi yg berbeda dengan bali selatan. Bali utara bukanlah daerah yg memiliki destinasi wisata yang unggul dibandingkan dengan bali selatan, sehingga upaya untuk meratakan pembangunan bali utara bukanlah dilakukan dengan membangun bandara namun dengan program-program lainnya.
Terlebih lagi rencana pembangunan bandara ini akan diikuti pula dengan pembangunan jalan tol sebagai akses ke bali selatan. Hal ini justru bertentangan dengan tujuan semula untuk pemerataan,karena keberadaan jalan tol akan menggeser sumber-sumber perekonomian dari bali utara ke selatan.
Dampak lainnya yang harus lebih diperhitungkan dan menurut saya sangat penting adalah dampak lingkungan. Berapa banyak nantinya lahan yang semula adalah hutan atau sawah akan beralih fungsi menjadi bandara dan jalan. Berapa banyak nantinya sumber-sumber air akan menjadi kering karenanya.
Saya pribadi sudah berada pada suatu titik dan berkesimpulan bahwa tanah kelahiran saya ini sudah jenuh dengan semua ‘siksaan’ manusia di atasnya dan bandara ini bukanlah “tamba” dari semua ini.
Semoga semuanya berbahagia.
I Wayan Agus Eka
Posted in Selamatkan Bali | 3 Comments »