DAUN LONTAR

Karena Yadnya Yang Paling Utama adalah Pengetahuan (Jnana)

Nyepi dan Pemujaan kepada Sang Kala

Posted by I Wayan Agus Eka on March 18, 2018

Tidak seperti perayaan tahun baru lainnya yang biasanya dilaksanakan dengan meriah dan gegap gempita, umat Hindu merayakan tahun barunya dengan menyepi dan introspeksi diri. Nyepi berarti sepi dan perayaannya pun terefleksi dalam penghentian seluruh aktivitas. Di Bali, perayaan Nyepi benar-benar menemukan makna sepi tersebut. Jalan ditutup, sekolah libur, bandara ditutup, semuanya sepi dan berdiam di rumah masing-masing.

Nyepi memiliki makna baik kepada alam semesta (Bhuwana Agung) maupun kepada sang manusia itu sendiri (Bhuwana Alit). Penghormatan kepada alam semesta ditandai dengan upacara Tawur Kesanga yang merupakan simbolisasi dari penyucian kembali alam beserta isinya. Pemaknaan Nyepi kemudian diejawantahkan kedalam empat pantangan (Catur Brata Penyepian) yang meliputi larangan untuk menyalakan api (Amati Geni), larangan bekerja (Amati Karya), larangan bepergian (Amati Lelungan) dan larangan untuk bersenang-senang (Amati Lelanguan).lapak 1

 

Berhentinya aktivitas manusia sebagai akibat dari empat larangan tersebut tentunya merupakan wujud penghormatan kepada Bhuwana Agung yang menjelma salah satunya sebagai upaya pelestarian lingkungan. Kemudian bagi diri sang manusia, larangan tersebut merupakan upaya melatih diri untuk mengendalikan nafsu indra dalam diri yang pada hakikatnya merupakan musuh terbesar manusia itu sendiri.

 

Memuja Sang Kala

Memberikan definisi pada sebuah pertanyaan sederhana apa itu waktu tidaklah sesederhana pertanyaan itu sendiri. Berbagai disiplin ilmu telah berusaha mengkonsepsikan apa itu waktu, namun konsensus masih urung tercipta. Ada yang memaknai waktu sebagai sebuah realitas yang sudah ada ketika alam semesta ini terbentuk namun ada juga yang menegasikannya sebagai produk alam semesta melainkan murni sebagai hasil ciptaan pikiran manusia.

 

Dalam mitologi Hindu, waktu adalah salah satu perwujudan kekuasaan Tuhan. Waktu, yang disimbolkan sebagai Dewa Kala, merupakan perlambang kekuatan Dewa Siwa sebagai kekuatan penghancur. Bhagavad-Gita sloka 11.32 menyebutkan bahwa kalo ‘smi loka-ksaya-krt pravrddho yang artinya Aku adalah waktu, Penghancur besar dunia-dunia. Dengan demikian, sebagai salah satu kekuatan-Nya maka tidak satupun dari manusia yang dapat menghindar dari belenggu waktu.

 

Perayaan Nyepi juga dapat dimaknai sebagai bagian dari pemujaan manusia kepada Sang Kala. Terlepas sadar ataupun tidak, selama setahun sebelumnya kita sudah disibukkan dengan segala macam aktivitas yang mungkin merefleksikan rasa tidak hormat kita kepada Sang Waktu. Ketika manusia sangat sibuk dalam berbagai aktivitasnya, manusia melahirkan istilah “lupa waktu” karena manusia merasa Sang Waktu bergerak demikian cepatnya. Bahkan ketika manusia terdiam pun, manusia tetap berusaha beraktivitas dan menciptakan istilah yang lebih “sadis” lagi, “membunuh waktu”.

 

Hubungan antara aktivitas pergerakan manusia dengan waktu telah secara ilmiah dapat dibuktikan. Teori relativitas khusus yang dicetuskan oleh fisikawan Albert Einstein pada tahun 1905 menyatakan bahwa semakin cepat sebuah objek bergerak maka waktu yang dirasakan oleh objek tersebut akan menjadi semakin lambat. Jadi ketika manusia bergerak dari satu titik ke titik yang lain maka, secara teori, waktu yang dirasakan manusia tersebut akan lebih lambat dibandingkan manusia yang diam. Tentu saja perbedaan waktu ini tidak kita rasakan sehari-hari karena kecepatan gerak kita sangat lambat. Namun apabila kecepatannya sudah sangat cepat dan bahkan mendekati kecepatan cahaya maka efek perbedaan waktu ini menjadi signifikan.

 

Tidak ada yang salah dengan pergerakan atau dinamisnya manusia, karena memang manusia diciptakan untuk selalu bergerak baik dalam aspek pikiran maupun realitas. Bahkan pergerakan manusia inilah yang telah membentuk peradaban sebagaimana yang kita lihat sekarang ini. Pergerakan ini juga sebenarnya merupakan bagian dari wujud pemujaan manusia kepada Sang Kala karena dengan bergerak maka manusia mampu menghasilkan karya yang membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik.

 

Namun demikian, dinamisnya pergerakan manusia seringkali membuat kita lupa bahwa pergerakan ini hanya ada berkat penjara waktu yang diciptakan oleh-Nya. Semua karya manusia hanya terjadi karena Tuhan memberikan kita waktu untuk menciptakan karya tersebut. Melalui Nyepi kita diajak untuk mengingat kembali bahwa kita semua ada di dalam kuasa waktu-Nya. Dengan menghentikan seluruh aktivitas pada hari Nyepi maka kita diajak untuk berdiam diri menikmati detik demi detik waktu berlalu sembari berkontemplasi untuk terlahir kembali keesokan harinya menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

 

Melalui berdiam diri dalam perayaan hari Nyepi ini maka, secara ilmiah, waktu yang dirasakan oleh kita semua adalah sama. Karena bergerak berarti memanipulasi waktu maka ketika berdiam berarti kita mengembalikan dan memuliakan kembali waktu sebagai salah satu kekuatan Tuhan yang maha dahsyat. Berdiam juga berarti men-setting kembali waktu alam semesta ke posisi yang sama, sama ibaratnya ketika dua orang mencocokkan jam tangannya masing-masing. Dengan demikian, merayakan Nyepi berarti mengawali aktivitas setahun ke depan dengan pemujaan dan penghormatan kepada Sang Waktu sebagai salah salah satu kekuatan-Nya.

I Wayan Agus Eka

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

 
%d bloggers like this: