DAUN LONTAR

Karena Yadnya Yang Paling Utama adalah Pengetahuan (Jnana)

Meditasi Angka, Benang Merah Spiritualitas dan Ilmu Pengetahuan

Posted by I Wayan Agus Eka on March 6, 2016

Spiritualitas (saya lebih menggunakan istilah ini meskipun kadang dapat diganti dengan agama maupun keyakinan) dan ilmu pengetahuan ibarat dua kutub yang berlawanan. Setidaknya sejarah dunia mencatat ilmuwan seperti Copernicus dan Galileo Galilei harus menghadapi perlawanan Gereja ketika mereka menyatakan bahwa matahari adalah pusat tata surya. Cerita film Hollywood seperti Angel and Demons (sekuel dari The Da Vinci Code yang dibintangi Tom Hank) juga diilhami oleh pertentangan antara kutub agama dan ilmu pengetahuan, terlihat ketika The Carmelengo (tokoh antagonisnya) mengatakan “Jika partikel tuhan diklaim oleh golongan ilmuwan lalu apa yang disisakan untuk Tuhan?”

Cerita kemudian berlanjut ketika Albert Einstein meletakkan dasar baru dalam pemahaman mengenai alam semesta yang juga terkait erat dengan penciptaan itu sendiri. Tahun 1905, Einstein menciptakan Special Theory of Relativity yang pada intinya menguraikan hubungan antara kecepatan dan waktu. Tidak berhenti disana, Einstein membutuhkan 10 tahun untuk menyempurnakan teorinya dengan memperhitungan unsur gravitasi untuk menciptakan General Theory of Relativity. Teori ini merevolusi pemahaman kita mengenai semesta yang saat itu didominasi oleh pemahaman Newton.

Einstein meyakini bahwa alam semesta ini teratur. Bumi berputar pada porosnya, bulan mengelilingi bumi, bumi mengelilingi matahari dan seluruh planet secara teratur mengelilingi bintangnya. Matematika dan angka, menurut Einstein, adalah sarana yang mampu menjelaskan keteraturan ini. Melalui persamaan matematis Einstein menghabiskan masa hidupnya untuk menjelaskan fenomena alam semesta. Silakan lihat link you tube ini.

Banyak orang menilai bahwa Einstein adalah Atheis dan ini mungkin tidak salah. Pada salah satu surat Einstein kepada seorang kawannya, Einstein mengatakan bahwa agama adalah “Childish”(silakan di googling, banyak situs terpercaya yang memuat akan hal ini). Banyak juga bertebaran di internet bahwa Einstein mengagumi Bhagawadgita, namun saya masih belum dapat menemukan bukti sahih atas hal ini (mungkin propaganda tapi kita ambil sisi baiknya saja). Meskipun mungkin Einstein sendiri bukanlah orang yang percaya Tuhan, namun ketika dia menghadapi kesulitan untuk menyatukan teori General Relativity dan Quantum Mekanik, Einstein pernah menyatakan “Tuhan tidaklah sedang bermain dadu (God does not play dice)”. Hal ini bagi saya sudah menjadi semacam jembatan antara dua kutub yang selama berabad-abad tidak pernah menyatu, science and religion.

————

 

Jumat, 4 maret 2016 yang lalu, saya menghadiri Dharma Wacana yang diisi oleh salah satu

IMG-20160304-WA0020

Dharma Wacana Prabu Dharmayasa Pesantian Pajak 4 Maret 2016

tokoh spiritual asal Ubud Bali, Prabu Dharmayasa. Pada salah satu bagian acara tersebut, Beliau mengenalkan meditasi angka yang terjemahan bebasnya dapat diartikan sebagai meditasi yang menggunakan angka sebagai mediumnya. Tulisan ini tidak akan membahas mengenai teknik meditasi angka tersebut, bagi yang tertarik silakan menghadiri acara Prabu Dharmayasa atau mungkin bertanya langsung ke Beliau. Tulisan ini lebih membahas filosofis penggunaan angka tersebut.

Pertanyaan mendasarnya, kenapa angka? kenapa bukan simbol agama, kenapa bukan orang suci, kenapa bukan tempat suci, tapi kenapa angka? Prabu Dharmayasa mengatakan semua di dunia ini isinya angka, tinggi badan,berat badan, umur, jarak, kegiatan ekonomi, semuanya terkait angka, tidak ada satupun yang tidak terkait angka.

Lalu yang lebih membuat saya terkejut ketika beliau mengatakan “Angka itu tenaga Tuhan yang mengurus dunia” (ini kutipan langsung dari pernyataan Beliau, dan ketika Beliau mengatakan ini saya langsung mencatatnya di HP). Voila, ini persis yang dikatakan dan diyakini ilmuwan ternama semacam Einstein yang sudah saya uraikan di atas. Para ilmuwan menggunakan angka dan persamaan matematika untuk memahami alam semesta ini. Bahkan saat ini, ketika para ilmuwan sedang  membangun The Theory of Everything (mungkin String Theory atau Quantum Gravity), ilmuwan tetap menggunakan angka dan matematika (Michio Kaku bahkan memprediksi bahwa semua hal di dunia ini dapat dijelaskan oleh persamaan matematika yang tebalnya hanya 1 inchi).

Apa yang dikenalkan oleh Prabu Dharmayasa melalui meditasi angka seolah-olah menjadi jembatan antara agama dengan ilmu pengetahuan yang selama berabad-abad seolah-olah berada dalam dua kutub yang berbeda. Dua hal yang selama ini tidak pernah menyatu dan saling menjatuhkan (lihatlah perdebatan dua kaum ini pada kasus kloning), tiba-tiba menyatu dalam satu keping mata uang hanya berbeda sisinya saja.

Saya mempercayai bahwa apa yang dicari para ilmuwan bukanlah untuk menegasikan kekuatan Tuhan (meskipun sebagian dari mereka ada yang atheis dan agnostik), namun justru apa yang mereka temukan dan akan temukan akan lebih menguatkan bahwa kekuatan di luar manusia itu memang ada (kita menyebutnya Tuhan meskipun mungkin mereka menggunakan istilah berbeda seperti dark matter atau dark energy).

Akhir kata saya kembali mengutip statement pada film Angel and Demonds yang kali ini diucapkan oleh Kardinal Strauss pada akhir ceritanya “The world needs both religion and science

Selamat Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1938

Semoga semua makhluk berbahagia

Namaste

I Wayan Agus Eka

Advertisement

One Response to “Meditasi Angka, Benang Merah Spiritualitas dan Ilmu Pengetahuan”

  1. I Gede Jana Suprapta said

    Baru kali ini dengar. Indahnya matematika dan spiritual. Boleh juga untuk dicoba, saya termasuk pengagum matematika meskipun bukan ahlinya.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

 
%d bloggers like this: