sukses adalah bersyukur dan melakukan yang terbaik
Posted by I Wayan Agus Eka on November 29, 2010
“Wah, sekarang kamu udah sukses ya ka!!”pertanyaan yang berulang kali diucapkan kalau bertemu dengan kawan-kawan lama. Seketika itu pula pikiran ini mencoba mencari jawaban, apa sih yang definisi sukses menurut mereka. Padahal kalau ukurannya harta, saya jauh dari kriteria sukses, apa yang mereka miliki jauh melebihi apa yang saya punya.
Ya, setiap orang dalam hidupnya pasti akan berusaha mencapai kesuksesan, tentunya dengan definisi masing-masing. Ada yang mendefinisikan sukses kalau dia mampu menyekolahkan anaknya, ada yang mendefinisikan kenaikan jabatan, dan mungkin sebagian besar dari kita mendefinisikan sukses itu adalah harta yang kita miliki sekarang. Tidak salah memang, setiap orang berhak mendefinisikan sukses itu sesuai keyakinannya masing-masing. Namun pernahkah kita menyelami definisi-definisi itu satu-persatu bahwa itu semua berasal dari luar diri kita.
Harta, jabatan dan bahasa sejenis lainnya semuanya berusaha memuaskan indria kita dengan kemilaunya masing-masing. Namun ketika harta dan jabatan itu bertemu dengan sifat dasar manusia yang tidak pernah puas maka dia akan menjadi air laut yang akan selalu membuat sang pelaut yang meminumnya merasa kehausan. Ketika sudah punya motor lalu ingin mobil, ketika sudah punya mobil ingin mobil yang baru lagi dan demikian seterusnya tidak akan pernah ada ujungnya.
Lalu dimanakah sukses itu berada? sebenarnya ketika kita mendapatkan apa yang kita inginkan, entah itu jabatan atau harta, maka disana juga tersirat makna sukses. Namun makna sukses bukan melekat pada benda-benda itu, tapi melekat pada respon kita kepada benda-benda duniawi itu. Ketika kita mampu meresponnya dengan ucapan syukur maka disanalah makna sebuah kesuksesan. Syukur akan membawa jiwa ini kepada rasa berkelimpahan yang melebihi nilai harta/jabatan yang kita peroleh. Syukur akan mengajarkan diri kita untuk merasa cukup dan tidak serakah.
Ya, syukur adalah rasa berkecukupan. Cukup disini bukan berarti bahwa kita berhenti bekerja atau berbuat, tidak sama sekali. Cukup disini adalah melatih diri ini untuk membunuh rasa rakus dan iri hati. Tugas kita tetap bekerja dengan sebaik-baiknya, anda yang petani akan bekerja sebaik-baiknya sebagai petani, anda yang pedagang akan menjadi pedagang yang baik sekuat anda, saya yang abdi negara akan sebaik-baiknya melakukan tugas, nah ketika kita mampu melakukan apa yang menjadi tugas kita sebaik-baiknya maka harta/jabatan akan datang dengan sendirinya, tapi satu hal yang harus dicatat bahwa kita bekerja bukan untuk harta/jabatan itu. Bekerja ya bekerja, sesederhana itu.
Lalu bagaimana dengan ambisi? banyak orang yang mengatakan bahwa kunci sebuah kesuksesan terletak pada kuatnya ambisi yang ada di dalam diri, ambisi bagai bahan bakar yang akan melecut seseorang untuk melakukan sesuatu dengan luar biasa. Tidak salah memang bahwa ambisi memiliki peran seperti itu, sampai tahap tertentu ambisi adalah sesuatu yang sangat baik bahkan sangat diperlukan. Namun ketika melewati titik tertentu, dia akan tumbuh menjadi keserakahan, dia akan menjelma menjadi kerakusan dan akan berkembang biak menjadi penghalalan segala cara. Jadi kunci sebuah kesuksesan bukan pada ambisi, kuncinya pada sikap melakukan tugas kita masing-masing dengan sebaik-baiknya dan pada saat yang bersamaan mensyukuri apapun hasil yang kita dapatkan termasuk ketika tidak menghasilkan apapun (gagal). Melatih diri untuk terus bersyukur dan selalu berbuat yang terbaik adalah kunci kesuksesan, dengan definisi seperti ini maka kesuksesan bukan sesuatu yang abstrak di masa depan tapi realita di masa kini. Bukan bermaksud menggurui saudara-saudaraku semua, saya juga masih dalam tahap belajar meresapi definisi ini. Salam sukses.
I Wayan Agus Eka
Diana said
saya setuju, bli.
sukses bukan diukur dari harta kekayaan.