Belajar dari Sang Tukang Parkir
Posted by I Wayan Agus Eka on August 27, 2010
Sejenak mata ini menoleh ke pergelangan tangan, ahhh sudah jam 7 malam ternyata, lalu secepat kilat saya habiskan beberapa potong pisang bakar keju di hadapan saya, menu kedua buka puasa (padahal ga puasa dink, hehehe) setelah nasi goreng yang saya nikmati di sebuah tempat nongkrong di bilangan Al-Azhar yang sebenarnya lebih terkenal dengan roti bakarnya. Kaki ini pun kemudian melangkah pelan menuju tempat parkir motor sambil menghirup udara jakarta yang kali ini terasa sangat segar setelah dibasahi hujan, seakan mengerti bahwa seorang anak manusia di bawah sana yang dari semenjak pagi dihadapkan pada sebuah ujian kesabaran yang membuat tangan ini selalu mengurut dada.
Kunci motor kuambil, kemudian gembok motor kubuka dan jaket tipispun aku kenakan. Di seberang sana kurang lebih 3-4 meter tampak seseorang dengan pakaian khas tukang parkir sedang sibuk membantu seorang pelanggan yang hendak memarkir motornya. Cukup susah payah tampaknya sang tukang parkir menarik-narik motor tersebut karena sempitnya tempat yang tersedia dan kondisi lahan yang masih basah. Perlengkapan sudah aku kenakan dengan lengkap, tinggal memakai helm saja, dan sang tukang parkirpun melangkahkan kakinya ke arahku.
Sejurus kemudian aku merogoh dompet bersiap-siap mengeluarkan uang ongkos parkir. Semua tampak berjalan sebagaimana biasanya sampai saat aku menyerahkan selembar uang 5 ribu dan sang tukang parkir kemudian menerimanya. Tapi yang membuat aku tersentak dan seperti tersambar adalah bagaimana cara bapak itu menerima uangku. Dijulurkan tangan kanannya sembari tangan kirinya memegang tangan kanannya, kemudian sedikit direndahkannya tubuhnya dan dari bibirnya terdengar jelas “maaf pak”. Sungguh sopan sekali bapak ini, diperlakukan demikian aku langsung mengalihkan pandangan memandangi wajahnya dan benar saja, rona muka bapak ini memberi kesan yang berbeda, tenang, kalem, senyum seolah-olah tiada beban dan sangat menikmati profesinya itu. Mendadak lamunanku hilang ketika beliau menjulurkan tangannya dengan cara yang sama ketika dia menerima uangku sambil berujar “maaf pak, ini kembaliannya”.
Tidak hanya berhenti disana ternyata, ketika aku sudah menaiki motor, di depanku ada sepasang kakek nenek mau menyeberangi jalan, sontak bapak tukang parkir itu langsung memasang badan di tengah jalan menyetop kendaraan yang lewat memberikan ruang bagi kakek nenek itu untuk melintas. Ketika aku dan motorku mau menyeberangpun, beliau juga melakukan hal yang sama dan yang luar biasa aku dengan sangat jelas mendengar ucapan “terima kasih” dari bapak itu ketika aku dan motorku menyeberangi jalan.
Ahhh.. sungguh sebuah pengalaman yang luar biasa menurutku dan aku yakin bukan hanya aku yang pernah mengalami peristiwa ini. Hanya menerima 1000 rupiah dariku namun aku mendapatkan lebih dari selembar uang seribu itu, hanya menerima lambaian tangan dari sang kakek nenek namun hal tidak membuat bapak tukang parkir ini kemudian memperdebatkan masalah keadilan, karena dia tidak paham apa yang namanya keadilan, dia tidak paham apa yang sering kita sebut dualitas hak dan kewajiban, karena baginya hanya ada satu, keluasan keikhlasan yang luar biasa yang dia wujudkan melalui pengabdian yang tulus pada profesi tukang parkir yang seringkali kita pandang sebelah mata.
Malam ini tidak hanya perutku yang kenyang, namun bapak tukang parkir itu telah memberi makanan bagi jiwaku. Terima kasih
I Wayan Agus Eka
zou said
seharian ini, saya tidak henti2nya menghela nafas panjang ..
beruntunglah kamu, way, sempet ketemu tukang parkir itu, sementara saya, akhirnya cuma bisa nangis sendirian, bukan nangis sedih, tapi nangis keseeelll .. ughhh .. 😦
I Wayan Agus Eka said
Tenang zo, kamu kan bisa bertemu juga dengan bapak itu meskipun hanya melalui tulisanku ini, hehehehe…semangat kawan
nugroho said
keep the spirit bro
we still and will trust you and the team
I Wayan Adi Parta said
Ketabahan jiwa berasal dari hati yang bersih. Siapapun dia bisa memiliki anugrah luar biasa ini. Terima kasih atas tulisan yang bagus ini. Benar-benar memberikan kita inspirasi agar kita bisa lebih menghargai sesama.
I Wayan Agus Eka said
Suksma mewali
Aryanti said
ulasan yang menyejukkan.. terima kasih
I Wayan Agus Eka said
makasi kembali