DAUN LONTAR

Karena Yadnya Yang Paling Utama adalah Pengetahuan (Jnana)

Archive for April, 2010

Negeri Para Penyampah (sebuah reotokritik dari “Negeri Para Bedebah”)

Posted by I Wayan Agus Eka on April 22, 2010

Tersebutlah negeri yang didalamnya hidup kaum penyampah

Negeri yang pernah bersatu dalam sumpah palapa

Yang lautnya ibarat jembatan ideologi dan bukan pemisah

Tahukah kamu apa ciri-ciri negeri penyampah???

Negeri yang kebenaran seolah-olah hanya datang dari pihak yang kalah

Negeri dimana mulut berkoar-koar seolah-olah tidak bersalah

Negeri dimana parlemen jalanan hanya bisa berserapah

Dan pilar demokrasipun hanya membela kepentingan yang memberi upah

Negeri yang elitenya hanya bisa menyumpah

Tanpa solusi namun selalu memberi masalah

Berusaha berkuasa namun tidak pernah mengalah

Maka bila negerimu dikuasai kaum penyampah

Kuatkan dirimu untuk tidak ikut basah

Gunakan pengetahuanmu untuk tidak menambah masalah

Berkepala dingin tanpa amarah

Dan berikan solusi bukan sekadar daging mentah

Karena kehancuran hanya datang dari sikap pasrah

I Wayan Agus Eka

Advertisement

Posted in Daily Notes | 3 Comments »

Mewujudkan Kepolisian Bersih melalui ‘Carrot and Stick’

Posted by I Wayan Agus Eka on April 8, 2010

Tulisan ini dimuat di harian Balipost edisi 8 April 2010. Klik di sini untuk membaca lebih lanjut.

Posted in Published Writing | Leave a Comment »

Ketika Politik Memperkosa Adat

Posted by I Wayan Agus Eka on April 7, 2010

Masuklah ke link ini dan Anda akan membaca berita perebutan kursi bupati di salah satu kabupaten di kampung saya. Hanya satu kata yang keluar dari mulut saya setelah membaca berita ini “GILA”, iya gila, tidak ada kata-kata lain yang pas untuk menggambarkan “kebiadaban” beberapa oknum yang memaksakan kehendaknya dengan menggunakan kedok adat dan awig-awig.

GILA karena keputusan yang dibuat benar-benar di luar nalar saya sebagai seorang manusia. Sebagai manusia memang kita ditakdirkan terikat dengan namanya aturan yang membelenggu perilaku kita sehingga muncullah lembaga pembelenggu yang membuat aturan tersebut yang dikenal dengan nama negara. Namun jangan pernah melupakan hakikat setiap manusia sebagai makhluk bebas, makhluk yang memiliki kebebasan untuk menentukan sikap dan pilihan tanpa harus dicampuri bahkan dipaksakan oleh orang atau lembaga tertentu termasuk di dalamnya kebebasan dalam menentukan pilihan dalam pemilukada.

Bertambah GILA ketika pemaksaan ini menggunakan sarana yang bernama adat lengkap dengan instrumen-instrumennya berupa pesangkepan, kelian adat, bendesa adat bahkan menggunakan awig-awig sebagai pecut yang akan mencambuk bagi yang melanggar keputusan. Denda 4 juta pun digunakan untuk menakut-nakuti seperti lelakut di tengah sawah.

Adat dan perangkatnya adalah komponen sakral pada tatanan sosiologis masyarakat di Bali, tidak bisa kita pungkiri bahwa adat beserta sanksinya mungkin lebih ditakuti oleh masyarakat Bali dibandingkan dengan hukum positif di negara ini. Kenyataan inilah yang dimanfaatkan oknum-oknum partai tertentu untuk memuluskan tujuannya karena keyakinan bahwa masyarakat pasti akan menurut daripada harus dikenakan sanksi kesepekang atau tidak diijinkan sembahyang di kahyangan setempat.

Adat haruslah steril dari kepentingan politik, adat harus tetap perawan dari kepentingan-kepentingan perebutan kekuasaan. Adat hendaknya tetap ditempatkan sebagai benteng kebudayaan dalam menjaga Bali sekarang dan di masa datang bukan sebagai sarana pemaksaan kehendak bahkan pemerkosaan pilihan politik. Saya hanya bisa menulis, saya hanya bisa mengeluh di blog ini, namun saya tidak diam.

I Wayan Agus Eka

Posted in Daily Notes | 4 Comments »

Lebih Dari Sekadar Solusi dan Reaktif

Posted by I Wayan Agus Eka on April 2, 2010

Apakah turun ke jalanĀ  salah???apakah menghujat di media salah??tidak, sama sekali tidak, sepanjang itu merupakan wujud kekecewaan dan kontrol saya sangat bisa memahaminya. Namun lupakah kita bahwa kita semua adalah komponen bangsa ini, bangsa ini bukan hanya pemerintah saja, bangsa ini bukan hanya presiden saja, tapi bangsa ini saya, anda dan kita semua. Jadi, adalah sebuah kewajiban kita semua untuk memperbaikinya, kalaupun kita menghujat atau memaki pemerintah haruslah disertai dengan solusi yang beradab dan konkret yang tidak berupa solusi normatif saja.

Saya sangat mendambakah keadaan dimana ketika mahasiswa turun ke jalan, berorasi di depan istana negara, menentang kebijakan pemerintah namun setelah itu memberikan dokumen yang berisi hasil kajian mereka sebagai kaum intelektual kepada presiden mengenai bagaimana seharusnya pemerintah mengambil sebuah kebijakan atas isu tertentu. Saya sangat memimpikan keadaan dimana mahasiswa sebelum turun ke jalan mengadakan seminar yang khusus membahas kebijakan pemerintah secara mendalam dan hasilnya berupa rekomendasi-rekomendasi konkret yang tidak bersifat normatif namun dapat menjadi bahan pertimbangan pemerintah dalam memutuskan sesuatu. Saya sangat mengharapkan kelompok-kelompok oposisi juga melakukan tindakan serupa dengan menghasilkan solusi-solusi bagi perbaikan bangsa. Solusi tersebut hendaknya mempertimbangkan semua aspek dan tidak bersifat parsial saja sehingga semua kalangan tercakup dalam solusi tersebut.

Bahwa pemerintah ada kekurangan dan masih perlu diperbaiki saya mengakuinya dan tidak menafikannya. Bahwa pemerintah masih ada cacatnya itu pasti dan mungkin pasti akan terus ada sepanjang jaman. Namun bahwa segala sesuatu yang tidak benar di negara ini ditimpakan kepada pemerintah saya agak kurang sependapat, bahwa pemerintah memiliki peran atas sebuah masalah adalah sebuah kepastian namun bahwa pemerintah memiliki kuasa penuh atas masalah tersebut mungkin perlu dipertanyakan. Artinya, sedikit banyak saya, anda dan kita semua memiliki andil dalam kekurangan-kekurangan yang masih ada di negeri ini dan hal inilah yang perlu disadari.

Menjadi pribadi yang solutif adalah solusi bagi negeri ini. Sudah saatnya hujatan, kritikan dan makian kita terhadap ketidakberesan diikuti dengan solusi membangun yang dilandasi pada rasa empati. Emphaty solution lebih dari sekadar solusi, dia berusaha menempatkan dirinya sebagai pihak yang memiliki wewenang karena dengan seperti itu kita mampu menangkap suasana ketika sebuah kebijakan diputuskan dan mampu memberikan solusi-solusi alternatif yang saya yakini akan bersifat konstruktif bukan destruktif.

Sudah saatnya kita semua menjadi pribadi yang menawarkan solusi terutama di bidang masing-masing yang kita tekuni dan kuasai, dan mudah-mudahan saya termasuk di dalamnya, semoga….

I Wayan Agus Eka

Posted in Daily Notes | 3 Comments »