DAUN LONTAR

Karena Yadnya Yang Paling Utama adalah Pengetahuan (Jnana)

“terima kasih” Ibnu

Posted by I Wayan Agus Eka on March 22, 2010

Mohon jangan salah paham atas judul tulisan ini. Saya hanya berusaha memandang kasus ini dari sisi lain. Sebagai pemeluk Dharma, saya sangat sedih, marah, kesal atas tulisan Ibnu ini. Ingin rasanya bertemu orang ini secara langsung dan menghadiahinya kata-kata yang setara dengan apa yang diucapkannya.

Namun pernahkah kita memandang kasus ini sebagai sebuah “soal ujian”???soal ujian yang tentunya harus dijawab segera karena akan menentukan kelulusan kita nantinya, ibarat seorang anak  SMA yang sedang mengikuti Ujian Nasional. Ibnu datang pada saat yang sangat “tepat”, dia dan komentarnya muncul saat saya dan saudara sedharma melaksanakan hari suci kami. Saya berusaha berpikir positif bahwa dia adalah ujian bagi saya dalam melaksanakan brata penyepian.

Inti brata penyepian adalah pengendalian dan penguasaan diri, secara fisik kita terkekang oleh aturan-aturan yang dibuat agama namun sadarkah kita kalau yang sebenarnya harus dikekang adalah pikiran kita, karena dari pikiranlah akan muncul perkataan dan selanjutnya perbuatan. Mengutip Gede Prama, seandainya manusia dipenjara di gua terdalam pun, pikirannya masih bisa lari kemana-mana.

Setelah kita melaksanakan brata penyepian maka kita diharapkan memiliki pikiran yang bersih untuk menapaki tahun yang baru. Umumnya kita beranggapan bahwa dengan tidak makan, tidak minum, tidak bepergian, tidak menyalakan lampu (api) dll kita sudah melewati ujian perayaan Nyepi. Namun semuanya itu bukanlah ujian yang sesungguhnya, karena ujian yang sebenarnya baru dimulai setelah perayaan Nyepi itu sendiri dan Ibnu datang tepat setelah saya dan umat sedharma melaksanakan Nyepi.

Ibnu membawa “selembar soal ujian” yang harus saya jawab dengan pengetahuan dan bekal yang saya peroleh dari “diklat sehari” selama Nyepi. Pengetahuan itu saya gunakan untuk menjawab pertanyaan Ibnu. Ibarat pelajar, kalau mau naik kelas tentunya harus melewati ujian, bedanya kelas dan ujian dari si Ibnu ini bernama kelas dan ujian kehidupan. Ada yang menjawab soal ujian itu dengan bahasa yang serupa dengan bahasa si Ibnu (baca: menghujat, memaki, menghina dll) namun tidak sedikit juga yang berusaha memandangnya dengan bijak dan tetap santun.

Apakah yang menghujat itu salah??dan apakah yang santun itu benar??saya tidak berani memutuskan, karena bahasa kebenaran bukan monopoli saya. Namun di mata saya (sekali lagi ini adalah kebenaran versi saya), jawaban saudara-saudara saya mencerminkan tingkat penguasaan diri yang menjadi inti dari Nyepi itu sendiri.

Saya berterima kasih ke Ibnu bukan karena setuju dia menghina hari suci saya, tapi saya berterima kasih karena dia mengantarkan “soal ujian” sehingga saya bisa ikut ujian dan mudah-mudahan diluluskan oleh-Nya sehingga saya bisa naik kelas. Seketika saya mengetahui kasus ini saya langsung bergabung dengan grup yang menuntut Ibnu diusir, namun seketika itu juga saya memutuskan keluar dari grup ini dan lebih memilih untuk bergabung ke grup yang memaafkan tindakannya, mudah-mudahan jawaban “soal ujian” ini benar di mataNya, Awighnam Astu….

I Wayan Agus Eka

Advertisement

4 Responses to ““terima kasih” Ibnu”

  1. sugendro said

    saya pribadi seorang muslim, akan tetapi saya tidak menyetujui tindakan ibnu ataupun “ibnu-ibnu lain”, karena dalam islam dilarang untuk menghina Tuhan selain Tuhan kami dan larangan inipun sangat jelas dalam tuntunan kami dan tidak mungkin disalahartikan. Jadi ya, maafkan saudara-saudara kami yang kurang pemahaman atau menyalahartikan pemahaman dengan sempit.

  2. I Wayan Agus Eka said

    Alangkah indahnya dunia ini kalau kita bisa membangunnya di atas perbedaan…terima kasih mas sugendro, orang dengan pemahaman seperti andalah yang sangat dibutuhkan dunia ini….

    • Sang Pemerhati said

      Salam, saya seorang muslim ada kalimat yang saya petik dari seoarng guru hidup bernama Gede Prama yang katanya, “Ketika semuanya sudah faham maka sejatinya sudah tidak ada lagi perdebatan, hujatan dan cacian”. Mungkin sdr. Ibnu belum faham, maka maafkan sdr. kami Ibnu. Salam

  3. ini saya setuju…mantap bro…

    sebuah cara pandang yang berbeda dalam melihat kasus “ibnu”…semoga kita semua umat se-dharma lebih arif dalam menyikapi masalah ini..

Leave a Reply to Putu Eka Sudiartha Cancel reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

 
%d bloggers like this: