DAUN LONTAR

Karena Yadnya Yang Paling Utama adalah Pengetahuan (Jnana)

John Roosa: Pretext for Mass Murder, The September 30th Movement & Suharto’s Coup D’Etat in Indonesia

Posted by I Wayan Agus Eka on March 3, 2010

Apa yang terlintas di benak kita ketika mendengar Gerakan 30 September 1965???Mungkin salah satu jawaban yang terlintas adalah PKI. Ya, PKI adalah organisasi yang paling sering disebut sebagai aktor intelektual peristiwa tersebut apalagi buku-buku sejarah pada masa rezim Suharto selalu menyudutkan PKI sebagai pihak yang bertanggung jawab dan menamakan gerakan itu sebagai G 30S/PKI.

Namun, seiring dengan jatuhnya rezim Suharto maka bermuncullah berbagai macam versi dari peristiwa tersebut dan buku ini adalah salah satunya. Buku ini, sebagaimana buku-buku lainnya, mencoba untuk memberikan pandangan baru dari perspektif yang berbeda mengenai gerakan tersebut. Kini, untuk menyebut peristiwa tersebut, tidak lagi dengan G30S/PKI namun cukup dengan gerakan 30 September yang memberikan makna bahwa adanya upaya untuk pelurusan sejarah yang selama ini menuduh PKI sebagai aktor intelektual.

Penulis buku ini menjelaskan bahwa peristiwa ini bermula dari perebutan pengaruh dan upaya penggulingan kekuasaan antara Petinggi AD saat itu (A. Yani, Nasution dll) dan PKI dengan Sukarno berada di tengah-tengahnya. Dengan semakin besarnya pengaruh PKI maka Sukarno mulai masuk ke sayap kiri sehingga membuat gerah petinggi AD yang anti komunis.

Petinggi AD yang anti komunis, saat itu menunggu waktu yang tepat untuk menjatuhkan rezim Sukarno, karena akan sangat sulit kalau mereka melakukan kudeta langsung ke Sukarno karena legitimasi Sukarno di depan rakyat saat itu sangat kuat. Kemudian terjadilah peristiwa G 30 S yang menjadi dalih bagi Suharto untuk menghancurkan PKI sampai ke akar-akarnya. Sampai ke akar-akarnya ini berarti bahwa seluruh anggota PKI harus ditumpas habis padahal yang merencanakan peristiwa G 30 S hanya segelintir orang PKI sementara anggotanya di daerah yang sebagian besar kaum buruh, petani sama sekali tidak paham mengenai peristiwa ini. Peritiwa pembunuhan massal inilah yang selama ini luput dari perhatian kita ketika rezim Suharto, padahal magnitudenya jauh lebih besar dibandingkan dengan gerakan 30 S itu sendiri. Dengan hancurnya PKI maka sedikit demi sedikit Sukarno akan kehilangan legitimasi dan akhirnya menyerahkan jabatannya.

Salah satu kunci keberhasilan penumpasan PKI (baca:pembunuhan massal) adalah digunakannya media massa sebagai alat doktrinasi. Bagaimana media massa memancing kemarahan rakyat dengan cerita-cerita fiktif bahwa PKI membunuh jenderal dengan menyilet-nyilet bagian vitalnya sambil menari-nari. Disebut cerita fiktif karena dokter yang melakukan otopsi, beberapa tahun kemudian memberikan testimoni bahwa dari hasil otopsi tidak ditemukan bukti tindakan silet-menyilet kepada korban.

Buku ini sebenarnya dilarang beredar, namun kita dapat mengunduhnya dengan mudah di internet dalam dua bahasa, Indonesia dan Inggris. Setidaknya buku ini memberikan gambaran baru bagi kita mengenai peristiwa yang dahulu hanya kita kenal melalui pelajaran Pendidikan Sejarah dan Perjuangan Bangsa (PSPB) dan bahwa juga sejarah menjadi alat bagi penguasa untuk melegitimasi kekuasaannya meskipun akhirnya kekuasaan itu runtuh pula di tangan rakyat.

Selamat membaca…

Advertisement

One Response to “John Roosa: Pretext for Mass Murder, The September 30th Movement & Suharto’s Coup D’Etat in Indonesia”

  1. adik tingkat said

    lalu opini dari bli tentang peristiwa itu gmana?? apa konspirasi penghilangan “anak nakal” sukarno?? oleh CIA?? gilchrist??

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

 
%d bloggers like this: