DAUN LONTAR

Karena Yadnya Yang Paling Utama adalah Pengetahuan (Jnana)

I Ngurah Suryawan: Bali, Narasi dalam Kuasa Politik dan Kekerasan di Bali

Posted by I Wayan Agus Eka on February 17, 2010

Buku ini saya dapatkan pada pameran buku di daerah Senayan Jakarta. Awalnya sih hanya mencari buku tentang Bali, daerah kelahiran saya, namun justru saya menemukan buku yang menurut pandangan saya menjadi sisi lain dari wajah pulau dewata yang selama ini kita kenal. Buku ini dikarang oleh seorang putra bali yang saat dia menyusun buku ini masih berstatus sebagai mahasiswa jurusan Antropologi UNUD.

Hal yang menurut saya menjadi bagian paling menarik dalam buku ini adalah bagaimana sang penulis memberikan gambaran tentang terjadinya tragedi berdarah di Bali setelah peristiwa Gestok Oktober 1965. Menjadi sangat menarik karena sang penulis mampu membawa suasana pada saat itu melalui gaya bahasanya yang kritis. Dia melukiskan bagaimana bertolakbelakangnya sifat ramah tamah orang bali yang kita kenal saat ini dimana saat itu orang bali dengan begitu mudahnya melenyapkan nyawa sesama bahkan saudaranya sendiri hanya karena perbedaan paham politik. Sang penulis juga mencatat bahwa meskipun secara niskala tragedi itu sudah melalui proses pembersihan, namun jejak-jejaknya masih terus ada sampai sekarang terutama dari orang yang mengalami peristiwa tersebut secara langsung.

Hal lain yang cukup menarik adalah bagaimana penulis membahas mengenai isu ajeg bali. Bagaimana sang penulis mengkaitkan isu ajeg bali dengan usaha mempertahankan identitas ke-balian orang bali sendiri dan kemudian dikaitkan dengan isu-isu ekonomi melalui industri pariwisata yang ujung-ujungnya berpangkal pada masalah perut. Ajeg bali juga dihubungkan dengan terbentuknya apa yang disebut penulis sebagai jago-jago kebudayaan, sebuah sebutan bagi institusi, lembaga tradisional, organisasi pemuda, media massa dll yang seakan-akan menjadi pihak yang akan menjaga keajegan bali itu. Salah satu jago yang sering disinggungnya adalah kehadiran pecalang. Pecalang yang pada awalnya hanya digunakan pada saat ada upacara keagamaan menjadi sebuah istitusi yang mempunyai kewenangan luar biasa dengan dalih untuk menjaga kebudayaan Bali sebut saja ketika pecalang melakukan razia penduduk luar Bali.

Buku yang cukup bagus memberikan gambaran wajah lain dari Bali yang kita kenal. Salut buat sang penulis…

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

 
%d bloggers like this: